Gerakan Islam di malaysia dan dunia begitu banyak. Bagaimana Hizbut
Tahrir (HT) memandang fenomena ini?
Banyaknya gerakan Islam, kita tanggapi saja secara positif sebagai kesaragaman bentuk partisipasi umat dalam kebolehan untuk memajukan Islam. Maksudnya, itu menunjukkan semangat umat dengan caranya masing-masing memberikan segala yang dimilikinya untuk membuat Islam menjadi lebih baik dari kondisi(keadaan) yang ada sekarang.
Banyaknya gerakan Islam, kita tanggapi saja secara positif sebagai kesaragaman bentuk partisipasi umat dalam kebolehan untuk memajukan Islam. Maksudnya, itu menunjukkan semangat umat dengan caranya masing-masing memberikan segala yang dimilikinya untuk membuat Islam menjadi lebih baik dari kondisi(keadaan) yang ada sekarang.
Masalahnya, yang diperjuangkan oleh gerakan-gerakang Islam itu bermacam-macam.
Bahwa gerakan-gerakan itu begitu beragam baik dari segi pemikiran maupun
orientasi geraknya merupakan konsekuensi dari kondisi Islam dan umatnya saat
ini. Setelah tidak ada kehidupan Islam, ibarat buku, Islam adalah buku terbuka
yang siapa saja boleh membaca, memahami, dan menginterpretasikannya. Dalam
kondisi(keadaan) seperti ini, tidak ada satu pun pihak yang merasa otoritatif
boleh memegang kendali interpretasi terhadap Islam dan bagaimana
memperjuangkannya. Oleh karena itu, banyaknya gerakan Islam merupakan
konsekuensi dari keterbukaan itu dan secara positif boleh dilihat sebagai
cermin dari semangat umat untuk dengan berbagai cara bertindak serta dalam
kebolehan memajukan Islam.
Tapi, tentu tidak hanya berhenti di sini. Semestinya, masing-masing kelompok
atau gerakan itu harus terus melakukan pengkajian: Apakah pemikiran yang
disebarkan dan dikembangkannya itu benar-benar haq, sesuai dengan al-Quran dan
as-Sunnah, serta gerakannya telah sesuai dengan tuntutan syariah dan teladan
Nabi saw.? Apakah secara rasional perjuangannya memang boleh diharapkan mampu
menyelesaikan secara keseluruhannya segenap problem umat dan menegakkan kembali
kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan syariah dan umat bersatu kerananya.
Dengan kata lain, jangan sampai maksud kita ingin memajukan Islam, tapi yang
terjadi justru sebaliknya. Alih-alih menegakkan Islam, yang terjadi justru
melanggengkan sistem yang tidak islami dan menempatkan Islam selalu berada di
bawahnya.
Jadi, penilaian ulangan terhadap seluruh peringkat gerakan dan orientasi
geraknya mutlak dilakukan agar apa yang kita dilakukan memang benar-benar dapat
memajukan Islam secara nyata.
Secara historis dan syar‘i, apa sebenarnya yang harus diperjuangkan oleh
gerakan Islam?
Menentukan apa yang harus diperjuangkan oleh gerakan Islam sangat terkait
dengan dua hal penting: Bagaimana kita memahami kondisi faktual umat Islam saat
ini dan kondisi ideal seperti apa yang kita cita-citakan.
Secara faktual, meskipun disebut dalam al-Quran sebagai sebaik-baik umat
(khayru al-ummah) di antara sekian banyak kelompok masyarakat yang ada di
dunia, dengan pengamatan sesaat, nyatalah bahwa umat Islam masa kini bukanlah
umat yang terbaik. Umat Islam mengalami kemunduran luar biasa di segala ruang
kehidupan; baik di bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun
sains dan teknologi. Yang nampak kini hanyalah sisa-sisa kejayaan Islam masa
lalu.
Secara fizik, setelah runtuhnya Kekhilafahan Utsmani tahun 1924, wilayah Islam
yang dulu terbentang sangat luas—mencakup seluruh jazirah Arab, Afrika bagian
Utara, sebagian Eropa, Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Selatan—kini
terpecah-pecah menjadi negara kecil-kecil. Secara intelektual, umat Islam
menjadi sangat lemah dan karenanya bukan saja tidak mampu meng-counter sesat
pikir Barat, tapi juga tidak mampu melakukan dialog intelektual secara
seimbang. Impotensi intelektual ini jelas bermuara pada kemunduran total di
bidang politik yang terjadi sejak runtuhnya Daulah Khilafah Utsmani.
Setelah runtuhnya payung Dunia Islam itu, bertubi-bertubi umat Islam didera
berbagai persoalan. Di pentas dunia, kita menyaksikan saudara-saudara kita di
Palestin masih harus terus hidup dalam penderitaan. Bukan hanya di Palestin,
penderitaan juga dialami oleh umat Islam di berbagai belahan dunia lain seperti
di Chechnya, Dagestan, Jammu Khasmir, Pattani Thailand, Moro Philipina, dan
yang paling baru, penderitaan juga dialami oleh umat Islam di Afganistan dan
Iraq. Dengan dalih memerangi terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah
nuklear, AS dan sekutunya menggempur habis kedua negara itu dan kemudian
mendudukinya hingga sekarang.
Sementara itu, di dalam negeri, kondisi(keadaan) umat Islam di malaysia sendir
juga tidak kurangnya memprihatinkan. Akibat masalah ekonomi kapitalis masih
digunakan maka ramai lagi penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, jenayah
meningkat di mana-mana, pornografi dan korupsi makin merajalela; ditambah
dengan kebijakkan pemerintahan yang ada, yang membuat hidup umat terasa sangat
menyesakkan. Bahagian besar dari mereka yang saat ini tengah menderita tentu
saja adalah juga umat Islam.
Berbagai krisis tersebut merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan oleh
karena kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma‘âshi
an-nâs wa dzunûbihim). Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum
Allah atau syariat Islam, yakni melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang
diwajibkan. Setiap bentuk kemaksiatan pasti menimbulkan dosa. Setiap dosa pasti
menimbulkan kerusakan (fasad).
Apa saja kemaksiatan yang selama ini telah kita lakukan? Banyak. Kita semua
tahu, hingga saat ini negara kita masih menggunakan sistem sekular dalam menata
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam sistem ini, syariat Islam tidak
pernah secara sengaja digunakan. Islam hanya ditempatkan dalam urusan individu
dengan tuhannya saja. Sebagai gantinya, di tengah-tengah sistem sekularistik
itu lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama: tatanan
ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya
hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama
yang sinkretistik, serta sistem pendidikan yang materialistik.
Karena semua problem yang ada sesungguhnya berpangkal pada sistem yang lahir
dari pandangan hidup yang salah, yaitu sekularisme, maka solusi fundamentalnya
tentu tidak lain adalah dengan cara menghentikan sistem sekular itu dan
menegakkan kembali seluruh tatanan berlandaskan pada syariat Islam.
Inilah yang secara syar‘i harus diperjuangkan oleh setiap gerakan Islam, yang
secara historis juga dilakukan oleh Rasul, para sahabat, dan pejuang Islam
sesudahnya. Semua itu terkait dengan kepentingan terbesar Islam sebagai sebuah
ideologi (mabda’), yakni bagaimana mengubah masyarakat dari kondisi yang ada
sekarang menuju tatanan masyarakat islami. Oleh karena itu, menjadi sangat
jelas bahwa realitas sosial di setiap kurun dalam kacamata Islam bukan hanya
untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan. Ini berakar pada misi
ideologisnya, yakni cita-cita untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar di
tengah-tengah masyarakat dalam kerangka mewujudkan nilai-nilai tauhidullah
(mengesakan Allah).
Kalau begitu, apa yang semestinya menjadi ’titik kesamaan’ di antara
gerakan-gerakan Islam?
Penting disedari, bahawa setiap gerakan Islam apa pun yang akan menegakkan kehidupan yang islami pasti akan berhadapan dengan tiga pertanyaan utama. Pertama, bagaimana gerakan itu melakukan penilaian terhadap masyarakat yang ada sekarang. Kedua, gambaran tentang tatanan masyarakat ideal seperti apa yang dicita-citakan. Ketiga, bagaimana perubahan masyarakat yang ada sekarang menuju masyarakat yang dicita-dicitakannya itu akan dilakukan.
Penting disedari, bahawa setiap gerakan Islam apa pun yang akan menegakkan kehidupan yang islami pasti akan berhadapan dengan tiga pertanyaan utama. Pertama, bagaimana gerakan itu melakukan penilaian terhadap masyarakat yang ada sekarang. Kedua, gambaran tentang tatanan masyarakat ideal seperti apa yang dicita-citakan. Ketiga, bagaimana perubahan masyarakat yang ada sekarang menuju masyarakat yang dicita-dicitakannya itu akan dilakukan.
Dengan demikian, semestinya paling sedikit ada tiga hal yang boleh menjadi titik
kesamaan di antara gerakan-gerakan Islam: Pertama, kondisi(keadaan) umat Islam
sekarang memang dalam keadaan terpecah-belah dan terpuruk di segala bidang.
Singkatnya, mereka jauh dari apa yang dikatakan sebagai khayru ummah. Kedua,
dengan demikian harus dilakukan bersungguh-sungguh
untuk membangun umat yang bersatu dan unggul sehingga predikat khayru ummah
benar-benar dapat diwujudkan kembali secara nyata. Ketiga, predikat khayru
ummah tidaklah mungkin diujudkan kecuali umat hidup di dalam masyarakat yang
islami, yang di dalamnya diterapkan syariat Islam dan dipimimpin oleh seorang
imam.
Bahwa di antara gerakan-gerakan Islam terjadi perbezaan pendapat dalam memahami
detail mengenai syariat dan konsep imamah, menurut saya tidaklah menjadi soal.
Yang penting, semua gerakan sama-sama merujuk pada syariat dan juga sama-sama
memahami pentingnya kepemimpinan bagi seluruh umat. Ibarat duduk, kita sudah
berada di lantai yang sama. Insya Allah, segala perselisihan akan tidak sukar
untuk diselesaikan.
Bagaimana HT meletakkan gerakan-gerakan Islam lainnya?
Membangun gerakan Islam merupakan pengamalan dari perintah Allah dalam al-Quran
surah Ali Imran ayat 104 yang meminta agar di antara umat Islam hendaknya ada
satu kelompok yang bekerja untuk menyerukan Islam dan melakukan amar makruf
nahi mungkar. Tapi, ayat ini tidak berarti melarang ada lebih dari satu
kelompok. Dengan kata lain, boleh saja di tengah-tengah umat terdapat banyak kelompok
atau gerakan dakwah Islam. Yang jadi soal tentu saja adalah bagaimana
gerakan-gerakan itu menyingkapi keseragaman yang ada.
Hizbut Tahrir memandang bahwa gerakan-gerakan Islam lain adalah sebagian dari
umat, yang juga wajib diajak serta dalam perjuangan penegakan syariat Islam dan
Khilafah. Seperti kata Imam Syafii, Hizbut Tahrir juga berpendapat, “Ra’yunâ
shawâb yahtamilu al-khathâ’ wa ra’yu ghayrina khathâ’ yahtamilu ash-shawâb.”
(Pendapat kami benar tetapi ada kemungkinan salah dan pendapat selain kami
salah tetapi ada kemungkinan benar). Karena pendapat Hizbut Tahrir ada
kemungkinan salah dan pendapat gerakan lain ada kemungkinan benar itulah maka
Hizbut Tahrir selalu membuka pintu dialog. Hizbut Tahrir tidak pernah menutup
diri. Buku-buku yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir juga beredar bebas, boleh
dibaca oleh siapa pun, sehingga memungkinkan siapa saja untuk memberi masukan
atau mengoreksinya(mengkajinya).
Jadi, tidaklah tepat bila ada pihak yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir
mengafirkan kelompok selainnya. Kafir-tidaknya seseorang atau sebuah
kelompok/gerakan tidak didasarkan pada apakah ia menjadi bagian dari Hizbut
Tahrir atau bukan, tapi semata didasarkan pada ukuran-ukuran akidah. Kelompok
apa pun sepanjang masih berdasar pada akidah yang benar (sahih) harus tetap
dianggap bagian dari Islam, tidak boleh dikafirkan. Begitu sebaliknya.
Bagaimana bila ada gerakan Islam yang tidak setuju dengan perjuangan
HT, bahkan cenderung ’mengkafirkan’?
Hizbut Tahrir boleh mengerti bila ada sebahagian umat atau gerakan Islam yang tidak setuju dengan perjuangan HT. Ketidaksetujuan itu mungkin kerana belum paham, tidak paham, atau salah paham. Oleh kerana itu, Hizbut Tahrir akan terus berusaha sekuat tenaga untuk memahamkan pemikiran (fikrah) dan methode perjuangannya (tharîqah) kepada umat, khususnya para pemimpin, dan berbagai kelompok dakwah yang ada sambil terus membuka diri terhadap adanya masukan serta koreksi terhadap pemikiran dan methode dakwah Hizbut Tahrir. Dengan cara seperti itu, diharapkan yang tidak atau belum paham menjadi paham, dan yang salah paham tentu menjadi benar pemahamannya. Akhirnya, diharapkan mereka boleh menyokong atau setidaknya tidak menghalangi dakwah Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir boleh mengerti bila ada sebahagian umat atau gerakan Islam yang tidak setuju dengan perjuangan HT. Ketidaksetujuan itu mungkin kerana belum paham, tidak paham, atau salah paham. Oleh kerana itu, Hizbut Tahrir akan terus berusaha sekuat tenaga untuk memahamkan pemikiran (fikrah) dan methode perjuangannya (tharîqah) kepada umat, khususnya para pemimpin, dan berbagai kelompok dakwah yang ada sambil terus membuka diri terhadap adanya masukan serta koreksi terhadap pemikiran dan methode dakwah Hizbut Tahrir. Dengan cara seperti itu, diharapkan yang tidak atau belum paham menjadi paham, dan yang salah paham tentu menjadi benar pemahamannya. Akhirnya, diharapkan mereka boleh menyokong atau setidaknya tidak menghalangi dakwah Hizbut Tahrir.
Kepada gerakan yang mengkafirkan Hizbut Tahrir, kami akan menjelaskan bahwa
Hizbut Tahrir tidaklah seperti yang mereka tuduhkan dengan penjelasan yang
sebaik-baikknya (mujâdalah billati hiya ahsan), tapi bila mereka masih juga
bersikukuh dengan pendiriannya, Hizbut Tahrir akan bersabar. Hizbut Tahrir
tidak akan balik mengkafirkan gerakan itu tanpa haq atau hanya kerana emosi.
Hizbut Tahrir juga menghindari perselisihan di antara gerakan dakwah karena itu
akan memalingkannya dari tugas utama kita semua, yakni membina umat,
membangkitkannya, dan mewujudkan kembali kehidupan Islam.
Bagaimana sikap HT tentang kerjasama antara gerakan Islam?
Antara gerakan Islam tentu saja boleh
saling bekerjasama. Kalau tidak, ini sangatlah aneh, kerana tujuan kita sama-sama bekerja untuk kemajuan Islam.
Tinggallah kita bicarakan bentuk-bentuk kerjasama seperti apa yang boleh
dilakukan. Yang paling minima adalah dalam bentuk husnu jiwâr (bertetangga
baik). Maksudnya, kerjasama itu dilakukan dengan menjaga agar hubungan antara gerakan
tetap berlangsung baik. Untuk itu diperlukan komunikasi, khususnya di antara
para pemimpinnya. Dengan komunikasi, saling pengertian dan kesepemahaman akan
mudah diciptakan. Ini merupakan bekal penting untuk meningkatkan kerjasama yang
lebih luas lagi.
Secara praktik, bentuk kerjasama seperti apa yang boleh dikembangkan antara gerakan
Islam?
Bentuk kerjasama praktik antargerakan Islam yang boleh dikembangkan, misalnya,
dalam merespon persoalan-persoalan umat yang nyata.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan