Mutiara Kata

Tiada Kemuliaan Tanpa Islam...
Tidak Sempurna Islam Tanpa Syariah...
Tidak Tegaknya Syariah Tanpa Daulah Khilafah...

11 Jun 2010

Perlu Kerjasama Antara Gerakan / Jemaah Islam


Gerakan Islam di malaysia dan dunia begitu banyak. Bagaimana Hizbut Tahrir (HT) memandang fenomena ini?
Banyaknya gerakan Islam, kita tanggapi saja secara positif sebagai kesaragaman bentuk partisipasi umat dalam kebolehan untuk memajukan Islam. Maksudnya, itu menunjukkan semangat umat dengan caranya masing-masing memberikan segala yang dimilikinya untuk membuat Islam menjadi lebih baik dari kondisi(keadaan) yang ada sekarang.
Masalahnya, yang diperjuangkan oleh gerakan-gerakang Islam itu bermacam-macam.
Bahwa gerakan-gerakan itu begitu beragam baik dari segi pemikiran maupun orientasi geraknya merupakan konsekuensi dari kondisi Islam dan umatnya saat ini. Setelah tidak ada kehidupan Islam, ibarat buku, Islam adalah buku terbuka yang siapa saja boleh membaca, memahami, dan menginterpretasikannya. Dalam kondisi(keadaan) seperti ini, tidak ada satu pun pihak yang merasa otoritatif boleh memegang kendali interpretasi terhadap Islam dan bagaimana memperjuangkannya. Oleh karena itu, banyaknya gerakan Islam merupakan konsekuensi dari keterbukaan itu dan secara positif boleh dilihat sebagai cermin dari semangat umat untuk dengan berbagai cara bertindak serta dalam kebolehan memajukan Islam.
Tapi, tentu tidak hanya berhenti di sini. Semestinya, masing-masing kelompok atau gerakan itu harus terus melakukan pengkajian: Apakah pemikiran yang disebarkan dan dikembangkannya itu benar-benar haq, sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, serta gerakannya telah sesuai dengan tuntutan syariah dan teladan Nabi saw.? Apakah secara rasional perjuangannya memang boleh diharapkan mampu menyelesaikan secara keseluruhannya segenap problem umat dan menegakkan kembali kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan syariah dan umat bersatu kerananya.
Dengan kata lain, jangan sampai maksud kita ingin memajukan Islam, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih menegakkan Islam, yang terjadi justru melanggengkan sistem yang tidak islami dan menempatkan Islam selalu berada di bawahnya.
Jadi, penilaian ulangan terhadap seluruh peringkat gerakan dan orientasi geraknya mutlak dilakukan agar apa yang kita dilakukan memang benar-benar dapat memajukan Islam secara nyata.
Secara historis dan syar‘i, apa sebenarnya yang harus diperjuangkan oleh gerakan Islam?
Menentukan apa yang harus diperjuangkan oleh gerakan Islam sangat terkait dengan dua hal penting: Bagaimana kita memahami kondisi faktual umat Islam saat ini dan kondisi ideal seperti apa yang kita cita-citakan.
Secara faktual, meskipun disebut dalam al-Quran sebagai sebaik-baik umat (khayru al-ummah) di antara sekian banyak kelompok masyarakat yang ada di dunia, dengan pengamatan sesaat, nyatalah bahwa umat Islam masa kini bukanlah umat yang terbaik. Umat Islam mengalami kemunduran luar biasa di segala ruang kehidupan; baik di bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun sains dan teknologi. Yang nampak kini hanyalah sisa-sisa kejayaan Islam masa lalu.
Secara fizik, setelah runtuhnya Kekhilafahan Utsmani tahun 1924, wilayah Islam yang dulu terbentang sangat luas—mencakup seluruh jazirah Arab, Afrika bagian Utara, sebagian Eropa, Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Selatan—kini terpecah-pecah menjadi negara kecil-kecil. Secara intelektual, umat Islam menjadi sangat lemah dan karenanya bukan saja tidak mampu meng-counter sesat pikir Barat, tapi juga tidak mampu melakukan dialog intelektual secara seimbang. Impotensi intelektual ini jelas bermuara pada kemunduran total di bidang politik yang terjadi sejak runtuhnya Daulah Khilafah Utsmani.
Setelah runtuhnya payung Dunia Islam itu, bertubi-bertubi umat Islam didera berbagai persoalan. Di pentas dunia, kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestin masih harus terus hidup dalam penderitaan. Bukan hanya di Palestin, penderitaan juga dialami oleh umat Islam di berbagai belahan dunia lain seperti di Chechnya, Dagestan, Jammu Khasmir, Pattani Thailand, Moro Philipina, dan yang paling baru, penderitaan juga dialami oleh umat Islam di Afganistan dan Iraq. Dengan dalih memerangi terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah nuklear, AS dan sekutunya menggempur habis kedua negara itu dan kemudian mendudukinya hingga sekarang.
Sementara itu, di dalam negeri, kondisi(keadaan) umat Islam di malaysia sendir juga tidak kurangnya memprihatinkan. Akibat masalah ekonomi kapitalis masih digunakan maka ramai lagi penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, jenayah meningkat di mana-mana, pornografi dan korupsi makin merajalela; ditambah dengan kebijakkan pemerintahan yang ada, yang membuat hidup umat terasa sangat menyesakkan. Bahagian besar dari mereka yang saat ini tengah menderita tentu saja adalah juga umat Islam.
Berbagai krisis tersebut merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan oleh karena kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma‘âshi an-nâs wa dzunûbihim). Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah atau syariat Islam, yakni melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diwajibkan. Setiap bentuk kemaksiatan pasti menimbulkan dosa. Setiap dosa pasti menimbulkan kerusakan (fasad).
Apa saja kemaksiatan yang selama ini telah kita lakukan? Banyak. Kita semua tahu, hingga saat ini negara kita masih menggunakan sistem sekular dalam menata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam sistem ini, syariat Islam tidak pernah secara sengaja digunakan. Islam hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja. Sebagai gantinya, di tengah-tengah sistem sekularistik itu lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama: tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta sistem pendidikan yang materialistik.
Karena semua problem yang ada sesungguhnya berpangkal pada sistem yang lahir dari pandangan hidup yang salah, yaitu sekularisme, maka solusi fundamentalnya tentu tidak lain adalah dengan cara menghentikan sistem sekular itu dan menegakkan kembali seluruh tatanan berlandaskan pada syariat Islam.
Inilah yang secara syar‘i harus diperjuangkan oleh setiap gerakan Islam, yang secara historis juga dilakukan oleh Rasul, para sahabat, dan pejuang Islam sesudahnya. Semua itu terkait dengan kepentingan terbesar Islam sebagai sebuah ideologi (mabda’), yakni bagaimana mengubah masyarakat dari kondisi yang ada sekarang menuju tatanan masyarakat islami. Oleh karena itu, menjadi sangat jelas bahwa realitas sosial di setiap kurun dalam kacamata Islam bukan hanya untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan. Ini berakar pada misi ideologisnya, yakni cita-cita untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat dalam kerangka mewujudkan nilai-nilai tauhidullah (mengesakan Allah).
Kalau begitu, apa yang semestinya menjadi ’titik kesamaan’ di antara gerakan-gerakan Islam?
Penting disedari, bahawa setiap gerakan Islam apa pun yang akan menegakkan kehidupan yang islami pasti akan berhadapan dengan tiga pertanyaan utama. Pertama, bagaimana gerakan itu melakukan penilaian terhadap masyarakat yang ada sekarang. Kedua, gambaran tentang tatanan masyarakat ideal seperti apa yang dicita-citakan. Ketiga, bagaimana perubahan masyarakat yang ada sekarang menuju masyarakat yang dicita-dicitakannya itu akan dilakukan.
Dengan demikian, semestinya paling sedikit ada tiga hal yang boleh menjadi titik kesamaan di antara gerakan-gerakan Islam: Pertama, kondisi(keadaan) umat Islam sekarang memang dalam keadaan terpecah-belah dan terpuruk di segala bidang. Singkatnya, mereka jauh dari apa yang dikatakan sebagai khayru ummah. Kedua, dengan demikian harus dilakukan  bersungguh-sungguh untuk membangun umat yang bersatu dan unggul sehingga predikat khayru ummah benar-benar dapat diwujudkan kembali secara nyata. Ketiga, predikat khayru ummah tidaklah mungkin diujudkan kecuali umat hidup di dalam masyarakat yang islami, yang di dalamnya diterapkan syariat Islam dan dipimimpin oleh seorang imam.
Bahwa di antara gerakan-gerakan Islam terjadi perbezaan pendapat dalam memahami detail mengenai syariat dan konsep imamah, menurut saya tidaklah menjadi soal. Yang penting, semua gerakan sama-sama merujuk pada syariat dan juga sama-sama memahami pentingnya kepemimpinan bagi seluruh umat. Ibarat duduk, kita sudah berada di lantai yang sama. Insya Allah, segala perselisihan akan tidak sukar untuk diselesaikan.
Bagaimana HT meletakkan gerakan-gerakan Islam lainnya?
Membangun gerakan Islam merupakan pengamalan dari perintah Allah dalam al-Quran surah Ali Imran ayat 104 yang meminta agar di antara umat Islam hendaknya ada satu kelompok yang bekerja untuk menyerukan Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Tapi, ayat ini tidak berarti melarang ada lebih dari satu kelompok. Dengan kata lain, boleh saja di tengah-tengah umat terdapat banyak kelompok atau gerakan dakwah Islam. Yang jadi soal tentu saja adalah bagaimana gerakan-gerakan itu menyingkapi keseragaman yang ada.
Hizbut Tahrir memandang bahwa gerakan-gerakan Islam lain adalah sebagian dari umat, yang juga wajib diajak serta dalam perjuangan penegakan syariat Islam dan Khilafah. Seperti kata Imam Syafii, Hizbut Tahrir juga berpendapat, “Ra’yunâ shawâb yahtamilu al-khathâ’ wa ra’yu ghayrina khathâ’ yahtamilu ash-shawâb.” (Pendapat kami benar tetapi ada kemungkinan salah dan pendapat selain kami salah tetapi ada kemungkinan benar). Karena pendapat Hizbut Tahrir ada kemungkinan salah dan pendapat gerakan lain ada kemungkinan benar itulah maka Hizbut Tahrir selalu membuka pintu dialog. Hizbut Tahrir tidak pernah menutup diri. Buku-buku yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir juga beredar bebas, boleh dibaca oleh siapa pun, sehingga memungkinkan siapa saja untuk memberi masukan atau mengoreksinya(mengkajinya).
Jadi, tidaklah tepat bila ada pihak yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir mengafirkan kelompok selainnya. Kafir-tidaknya seseorang atau sebuah kelompok/gerakan tidak didasarkan pada apakah ia menjadi bagian dari Hizbut Tahrir atau bukan, tapi semata didasarkan pada ukuran-ukuran akidah. Kelompok apa pun sepanjang masih berdasar pada akidah yang benar (sahih) harus tetap dianggap bagian dari Islam, tidak boleh dikafirkan. Begitu sebaliknya.
Bagaimana bila ada gerakan Islam yang tidak setuju dengan perjuangan HT, bahkan cenderung ’mengkafirkan’?
Hizbut Tahrir boleh  mengerti bila ada sebahagian umat atau gerakan Islam yang tidak setuju dengan perjuangan HT. Ketidaksetujuan itu mungkin kerana belum paham, tidak paham, atau salah paham. Oleh kerana itu, Hizbut Tahrir akan terus berusaha sekuat tenaga untuk memahamkan pemikiran (fikrah) dan methode  perjuangannya (tharîqah) kepada umat, khususnya para pemimpin, dan berbagai kelompok dakwah yang ada sambil terus membuka diri terhadap adanya masukan serta koreksi terhadap pemikiran dan methode dakwah Hizbut Tahrir. Dengan cara seperti itu, diharapkan yang tidak atau belum paham menjadi paham, dan yang salah paham tentu menjadi benar pemahamannya. Akhirnya, diharapkan mereka boleh menyokong atau setidaknya tidak menghalangi dakwah Hizbut Tahrir.
Kepada gerakan yang mengkafirkan Hizbut Tahrir, kami akan menjelaskan bahwa Hizbut Tahrir tidaklah seperti yang mereka tuduhkan dengan penjelasan yang sebaik-baikknya (mujâdalah billati hiya ahsan), tapi bila mereka masih juga bersikukuh dengan pendiriannya, Hizbut Tahrir akan bersabar. Hizbut Tahrir tidak akan balik mengkafirkan gerakan itu tanpa haq atau hanya kerana emosi. Hizbut Tahrir juga menghindari perselisihan di antara gerakan dakwah karena itu akan memalingkannya dari tugas utama kita semua, yakni membina umat, membangkitkannya, dan mewujudkan kembali kehidupan Islam.
Bagaimana sikap HT tentang kerjasama antara gerakan Islam?
Antara gerakan Islam tentu  saja boleh saling bekerjasama. Kalau tidak, ini sangatlah aneh, kerana tujuan  kita sama-sama bekerja untuk kemajuan Islam. Tinggallah kita bicarakan bentuk-bentuk kerjasama seperti apa yang boleh dilakukan. Yang paling minima adalah dalam bentuk husnu jiwâr (bertetangga baik). Maksudnya, kerjasama itu dilakukan dengan menjaga agar hubungan antara gerakan tetap berlangsung baik. Untuk itu diperlukan komunikasi, khususnya di antara para pemimpinnya. Dengan komunikasi, saling pengertian dan kesepemahaman akan mudah diciptakan. Ini merupakan bekal penting untuk meningkatkan kerjasama yang lebih luas lagi.
Secara praktik, bentuk kerjasama seperti apa yang boleh dikembangkan antara gerakan Islam?
Bentuk kerjasama praktik antargerakan Islam yang boleh dikembangkan, misalnya, dalam merespon persoalan-persoalan umat yang nyata.


Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. 

Tiada ulasan:

Listen to Quran